Senin, 12 Juli 2010

MANUSIA BERHATI IBLIS

hidup hanya mimpi, dengan usaha yang tak pasti, sekarang meraih, besok musnah
semua hanya kekosongan belaka yang takan ada habisnya
manusia hanya di liputi keinginan duniawi, yang tak ada habisnya
ini, itu dan banyak lagi yang lainnya
saling terkam, saling bunuh, hanya untuk kejayaan sementara
apa bedanya diri kita dengan mahluk yang tak berakal lainnya
cinta hanyalah kata yang tak berarti, musnah tertutupi oleh keegoan hati
sebenarnya kita iblis yang bersemayam di bumi ini, berkedok, agama, keperyaan dan kenegaraan
yang selalu benci, iri, dan berperasangka kepada lainnya
yang ingin selalu unggul diantara yang lainnya.
jangan pernah munafik hai tubuh manusia berhati iblis...
jangan anggak kamu yang paling benar, ingat bawah sesungguhnya
aku kamu dan dia sama, sama-sama mahluk yang terbelenggu
oleh siksaan kemewahan duniawi, yang tak ada habisnya sampai nanti mati

Rabu, 07 Juli 2010

Filosofi Mendalam Lir-Ilir

Lir-Ilir

by Sunan Kalijaga

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar

Bocah angon, bocah angon
Penekna belimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekna
Kanggo mbasuh dodod iro

Dodod iro, dodod iro
Kumitir bedhah ing pinggir
Dondomana, jlumatana
Kanggo seba mengko sore

Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak’a, surak “hiyoo”

Makna :

Lir ilir... lir ilir... tandure wus sumilir :
Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman-tanaman sudah mulai bersemi,
Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.


tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar :
demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Hijau adalah simbol warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja2 jawa yang baru masuk Islam.


Cah angon... cah angon... penekna blimbing kuwi :
Anak-anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,
Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.


Lunyu lunyu yo peneken kanggo mbasuh dodotira :
walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara / saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Dengan kalimat ini Sunan memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa


Dodotira... dodotira... kumitir bedah ing pinggir :
Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan
Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.


Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore :
Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore
Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut ‘paseban’ yaitu tempat menghadap raja. Disini Sunan memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.


Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane :
Selagi sedang terang rembulannya, selagi sedang banyak waktu luang
Selagi masih banyak waktu, selagi masih banyak kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu dan bertaubatlah.


Yo surako surak hiyo :
Mari bersorak-sorak ayo...
Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Tuhan. Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.

kilas Filosofi Wayang

Orang jawa mempunyai jenis kesenian tradisional yang bisa hidup dan berkembang hingga kini dan mampu menyentuh hati sanubari dan menggetarkan jiwa, yaitu seni pewayangan. Selain sebagai alat komunikasi yang ampuh serta sarana memahami kehidupan, wayang bagi orang jawa merupakan sibolisme pandangan-pandangan hidup orang jawa mengenai hal-hal kehidupan.

Dalam wayang seolah-olah orang jawa tidak hanya berhadapan dengan teori-teori umum tentang manusia, melainkan model² hidup dan kelakuan manusia digambarkan secara konkrit. Pada hakekatnya seni pewayangan mengandung konsepsi yang dapat dipakai sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok sosial tetentu.

Konsepsi-konsepsi tersebut tersusun menjadi nilai nilai budaya yang tersirat dan tergambar dalam alur cerita-ceritanya, baik dalam sikap pandangan terhadap hakekat hidup, asal dan tujuan hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan lingkungannya serta hubungan manusia jawa dengan manusia lain.

Pertunjukkan wayang terutama wayang kulit sering dikaitkan dengan upacara adat: perkawinan, selamatan kelahiran bayi, pindahan rumah, sunatan, dll, dan biasanya disajikan dalam cerita-cerita yang memaknai hajatan dimaksud, misalnya dalam hajatan perkawinan cerita yang diambil “Parto Krama” (perkawinan Arjuna), hajatan kelahiran ditampilkan cerita Abimanyu lahir, pembersihan desa mengambil cerita “Murwa Kala/Ruwatan”

Seni pewayangan dapat digelar dalam bentuk Wayang Kulit Purwa, dilatar-belakangi layar/kelir dengan pokok cerita yang sumbernya dari Mahabharata dan Ramayana, berasal dari India. Namun ada juga pagelaran wayang kulit purwa dengan lakon cerita yang di petik dari ajaran Budha, seperti cerita yang berkaitan dengan upacara ruwatan (pensucian diri manusia). Pagelaran wayang kulit purwa biasanya memakan waktu semalam suntuk.

Semasa Sri Susuhunan X di Solo didirikan tempat pementasan Wayang Orang, yaitu di Sriwedari yang merupakan bentuk pewayangan panggung dengan pemainnya terdiri dari orang-orang yang memerankan tokoh-tokoh wayang. Baik cerita maupun dialognya dilakukan oleh masing-masing pemain itu sendiri. Pagelaran ini diselenggarakan rutin setiap malam. Bentuk variasi wayang lainnya yaitu wayang Golek yang wayangnya terdiri dari boneka kayu.

Seniman cina yang berada di Solo juga kadang menggelar wayang golek cina yang disebut Wayang Potehi. Dengan cerita dari negeri Cina serta iringan musiknya khas cina.

Ada juga Wayang Beber yang dalam bentuknya merupakan lembaran kain yang dilukis dan diceritakan oleh sang Dalang, yang ceritanya berkisar mengenai Keraton Kediri, Ngurawan, Singasari (lakon Panji).
Wayang Klitik adalah jenis pewayangan yang media tokohnya terbuat dari kayu, ceritanya diambil dari babat Majapahit akhir (cerita Dhamarwulan)

Dunia perwayangan di Indonesia memprihatinkan. Tak banyak lagi orang menanggap dalang lantaran tidak meminati wayang. Sebagian besar penggemar wayang pun hanya menganggap wayang sekadar tontonan, hiburan.

Itulah yang menjadi keprihatinan dalang asal Karanganyar, Jawa Tengah, Ki Manteb Soedharsono (61). Keprihatinan itu terlontar dalam Sarasehan Pedalangan yang diselenggarakan Persatuan Pedalangan Indonesia di Blora, Jateng, Rabu (4/2).

Katanya, pergelaran wayang mengandung dua unsur, tontonan atau pertunjukan dan piwulang atau ajaran moral. Namun, kini penonton wayang lebih mementingkan unsur tontonan ketimbang ajaran moral.

”Saat adegan pendhita wejangan lan bantah ngelmu (resi memberi nasihat dan berdebat), penonton malah ribut dan omong sendiri. Padahal, adegan itu mengandung banyak nilai moral,” katanya.

Dulu, banyak orang mengenal makna dhodhogan atau ketukan cempala dalang dalam pergelaran wayang, tetapi kini dhodhogan sekadar bunyi tanpa arti.

Menurut Ki Manteb, dhodhogan bertujuan mengetuk, menggugah, menggetarkan hati dan jantung penonton agar memerhatikan dua unsur pergelaran wayang. Artinya, dhodhogan menyimbolkan gerak hati dan jantung yang menandakan manusia itu masih hidup.

”Itulah filsafating agesang (filsafat kehidupan) wayang,”

FILOSOFI ILMU KEJAWEN

KONSEP NGELMU & LELAKU

Salah satu wujud dan sifat khas masyarakat Jawa adalah bersikap prihatin dengan mengutamakan lelaku. Mengutamakan lelaku disini bertujuan untuk menuju kepada jalan makrifat mencapai ‘Jumbuhing Kawula lan Gusti’.

Ajaran kejawen tentang thalabul ilmi atau tentang menuntut ‘ngelmu dan lelaku’ dapat kita jumpai dalam ‘Serat Wedhatama’ karangan Sri Mangkunegara IV, Pupuh II – tembang Pucung, bait pertama yang berbunyi :

Ngelmu iku, kelakone kanthi laku
Lekase lawan kas, tegase kas nyantosani
Satya budya pangekese dur angkara
Terjemahannya :
Ilmu itu, harus diperoleh melalui laku (belajar)
Dalam belajar niatnya harus kuat & mantap
Sabar tawakal untuk menghancurkan sifat angkara murka

Jika ajaran diatas diterapkan dalam kehidupan nyata maka mengandung makna bahwa untuk mencapai kesuksesan dan kesejahteraan hidup, entah itu dalam hal material maupun spiritual diperlukan sebuah dasar pondasi yang kuat dan kokoh, kemudian harus memahami dasar ilmu tersebut baik secara teoritis maupun aplikatif melalui praktik (lelaku) dalam kehidupan riil.
Pondasi yang kuat diatas digambarkan sebagai kekuatan jiwa yang memiliki daya hangngedab-edabi (dahsyat) sebagai wujud semangat makaryo (bekerja) untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu juga diimbangi dengan semangat pengabdian yang tulus untuk manembah artinya menjalani aktivitas ibadah keagamaan (hablum minallah), lelaku spiritual & ritual budaya.
Konsep keseimbangan tersebut juga berlaku sebagai dasar falsafah hidup orang jawa, Jika orang Jawa mengenal konsep : ‘Narimo ing Pandum’ (menerima takdir Illahi) bukan berarti dalam memenuhi kebutuhan hidup cukup dengan bermalas-malasan dan ibarat menunggu rezeki yang turun dari langit saja, artinya bahwa orang Jawa pada umumnya memiliki sikap prihatin dan etos kerja yang kuat untuk terus berusaha makaryo nggayuh kamulyaning gesang ndonya akherat.

SIKAP LAKU PRIHATIN
Sikap hidup orang Jawa yang diwarisi dari leluhurnya terjelma didalam lelaku dan usahanya untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup. Sikap hidup yang demikian itu tampak dan diwujudkan sebagai sikap ‘prihatin’, yang intinya sikap hidup yang sederhana tidak berfoya-foya menghamburkan waktu & uang atau melampiaskan hawa nafsu untuk mendapatkan kenikmatan semu yang sementara saja.
Orang yang prihatin bukan berarti selalu bersedih-sedih, tidak menikmati hidup, senantiasa berpuasa, bersemedi, tetapi prihatin berarti bersikap, berpikir dan bertindak dengan penuh kesederhanaan, sesuai dengan kemampuan & kompetensi masing-masing.
Ajaran keprihatinan mengandung unsur kesederhanaan yang senantiasa terjelma dalam tatanan kehidupan tradisi, budaya dan spiritual kejawen. Dengan prinsip keprihatinan dan kesederhanaan tersebut setiap orang pasti akan dapat mencapai sesuatu yang maksimal sesuai dengan tolok ukur dan kemampuan masing-masing pribadi, tidak dengan tolok ukur orang lain terutama untuk sesuatu yang sifatnya berlebihan dibandingkan dengan kemampuan pribadinya. Sikap laku prihatin diatas sejalan dengan sikap yang selalu bersyukur dan ikhlas menerima setiap karunia Illahi.
Ajaran tentang lelaku dan ngelmu kejawen juga menunjukkan konsep kesederhanaan dalam berpikir dan berbuat, intinya sebaiknya kita tidak memimpikan menggapai bintang dilangit, tetapi hendaknya meraih saja apa yang mampu kita raih, yaitu belajar ngelmu yang bermanfaat dan mampu menjadi bekal hidup dan sarana untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan alam kelanggenggan nantinya.

SIKAP ELING LAN WASPADA
Sarana utama untuk dapat mencapai ilmu makrifat, maka seseorang harus melandasi dirinya dengan sikap : eling, waspada, mbekas kahardaning driya. Pujangga besar R. Ranggowarsito dalam Serat Kalatidha, bait ke-7 Tembang Sinom menyatakan :
Amenangi jaman edan, Ewuh Oyo ing Pambudi
Melu edan ora tahan, yen tan melu anglakoni,
Boya kaduman melik, kaliren wekasanipun
Dilalah kersaning Allah, Sak begja-bejane wong kang lali
Luwih begja wong kang eling lan waspada.
Terjemahan bebas :
Suatu hari nanti akan datang jaman edan yang serba sulit dalam menjalani hidup Kebanyakan orang akan menjadi ‘gila/lupa diri’ karena tak tahan menghadapi godaan, sebab kalo nggak ikut2an gila maka mereka nggak akan mendapat bagian dan mereka merasa was-was ketakutan akan berakhir tragis dengan mati kelaparan. Orang2 yang ‘gila/lupa diri’ ini tak akan segan dan sungkan melakukan manuver licik, sadis dan bengis menindas sesamanya (korupsi, manipulasi, kolusi, nepotisme, dll), mereka akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan ambisi dan memuaskan hawa nafsunya. Tetapi sesungguhnya takdir dan kehendak Allah akan membuktikan bahwa sebahagia-bahagianya orang yang ‘gila/lupa diri’ tidak akan sebahagia orang yang selalu eling ‘ingat’ dan waspada.

AJARAN FILSAFAT HIDUP BERDASARKAN HURUF AKSARA JAWA


Sebagai orang keturunan jawa, sedikit kami akan mengupas makna aksara jawa
sebagai filsafah hidup, suatu upaya kami untuk melestarikan ajaran para pendahulu,
sebagai balas budi dan darma bakti kami kepada beliau atas ajarannya akan sebuah
arti hidup, lewat karyanya yang sangat besar ini.

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada " utusan " yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).

Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ( saatnya dipanggil ) " tidak boleh sawala " ( mengelak ) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan.
Jaya itu " menang, unggul " sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

MAKNA HURUF
Ha :Hana hurip wening suci= Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.
Na :Nur candra, gaib candra, warsitaning candara= Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi.
Ca :Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi= Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra :Rasaingsun handulusih = Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka :Karsaningsun memayuhayuning bawana = Hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam
Da :Dumadining dzat kang tanpa winangenan = Menerima hidup apa adanya
Ta :Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa = Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa :Sifat ingsun handulu sifatullah= Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa :Wujud hana tan kena kinira = Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La :Lir handaya paseban jati = Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa :Papan kang tanpa kiblat = Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha :Dhuwur wekasane endek wiwitane = Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja :Jumbuhing kawula lan Gusti = Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak- Nya
Ya :Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi = Percaya dan Yakin atas titah / kodrat Illahi
Nya :Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki = Memahami kodrat kehidupan
Ma :Madep mantep manembah mring Ilahi = Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga :Guru sejati sing muruki = Belajar pada guru nurani
Ba :Bayu sejati kang andalani = Menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha :Tukul saka niat = Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci
Nga :Ngracut busananing manungso = Melepaskan egoisme pribadi manusia.

Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci - pengharapan manusia hanya
selalu ke sinar Illahi - satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani - hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam - menerima hidup apa adanya - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi - Hakekat Allah yang ada disegala arah - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar - selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya – percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi - memahami kodrat kehidupan - yakin / mantap dalam menyembah Ilahi - belajar pada guru nurani - menyelaraskan diri pada gerak alam - sesuatu harus dimulai - tumbuh dari niat yang suci - melepaskan egoisme pribadi manusia

Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan
oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak).
Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari".
Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata
yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi".
Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk
sebuah kata.
Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat:
Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
Data Sawala (Berbeda Pendapat);
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
Maga Bathanga (Keduanya mati).
Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya.
Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut
untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di
daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya.
Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja.
Demikian kurang lebih arti dan makna yang tekandung dalam Filsafat aksara jawa.
Semoga bermanfa'at bagi kita semua. Amien.........

Butir-butir budaya Jawa



Mencapai kesempurnaan hidup berjiwa besar mengusahakan kabaikan sejati = anggayuh kasampurnaning urip ber budi bawa leksana ngudi sajatining becik = in search of perfect life noble and generous mind in quest of the essence of goodness, itulah Butir-butir budaya Jawa.
Jangan kecewa jika ilmumu tidak dihargai, sebab kalau ada perubahan jaman, mungkin ilmu yang kau miliki itu malahan dapat menguasai dunia, kalau memang ilmu itu berguna untuk manusia sedunia.

Menghormati dan mencintai orang tua, antara lain ditunjukkan Mbak Tutut dengan mencatat butir-butir penting nasehat dan petuah ayahandanya, HM Soeharto.

Berawal dari sebuah notes, dengan tulisan tangannya Mbak Tutut mengumpulkan semua nasehat itu, kemudian mencetaknya menjadi sebuah buku berjudul ‘Butir-butir Budaya Jawa’.

“Salah satu pemberian Bapak dan Ibu sejak kami kecil, adalah butir-butir pituduh (pengajaran) dan wewaler (pantangan). Semua sangat berharga dan besar manfaatnya, sebagai salah satu petunjuk dan pegangan hidup dalam kami meniti kehidupan di dunia ini,’ kata Mbak Tutut.

Ia mempersembahkan buku itu sebagai hadiah ulang tahun pernikahan ayah bundanya yang ke 40.


Berikut ini petikkan sebagian isinya yang merujuk kepada upaya mencapai hidup yang damai sejahtera, penuh kasih sayang dan tanggung jawab, dalam harmoni keberagaman.

Kemanusiaan

v Mampu mengubah keadaan itu berbeda dengan berani mengubah keadaan, sebab belum tentu berani.

v Di dunia ini ada dua macam kemauan bapak-ibu. Pertama, bapak-ibu yang menginginkan anaknya kaya dan berpangkat. Kedua, bapak-ibu yang tidak mengharapkan anaknya kaya dan berpangkat, melainkan asal dapat enak hidupnya. Sedangkan yang terbaik untuk orang biasa adalah yang enak hidupnya, sebab kaya dan berpangkat belum tentu enak hidupnya.

v Tapi bagi orang yang bercita-cita luhur, yang dicita-citakan itu adalah enak hidupnya dan juga dianugerahi harta dan derajad.

v Menjadi pembicaraan orang itu ada dua hal yang baik – pertama lantaran sudah berbuat kebajukan terhadap orang lain, kedua sebab naik pangkat atau derajad karena pekerjaan yang baik. Sedang yang lain belum tentu baik..

v Perang itu hakekatnya hanya mencari mana yang benar dan mana yang salah.

v Kalau engkau dapat mengekang hawa nafsu, berarti perangmu menang. Tapi kalau tidak dapat mengekang hawa nafsu, berarti perangmu kalah.

v Yang merasa paling pandai itu sesungguhnya dia yang paling bodoh.

v Oleh karena itu, sekalipun engkau telah terkenal di salah satu bidang ilmu, jangan merasa pandai.

v Jika ingin segera menggunakan ilmu, harus disertai ketekunan, sebab kalau tidak demikian ilmu itu tidak akan berguna.

v Barang siapa mencari keutamaan, usahakan ilmu yang dapat menenteramkan hati.

Kebangsaan

v Negara yang tersohor itu adalah yang dilindungi Tuhan, mewujudkan tata pemerintahan dan kesejahteraan batin yang berfaedah bagi keselamatan bangsa, tentaranya kuat dan rakyatnya setia

v Jaman penderitaan rakyat akan hilang kalau sudah ada manusia sabar yang mengantarkan pengajaran pengetahuan kepada seluruh rakyat bagi ketenteraman dunia

v Sandang pangan bagi rakyat itu haruslah dipentingkan. Oleh karena itu jangan mengabaikan sandang dan pangan. Demikian pula ketenteraman hati rakyat itu perlu, agar tidak ada tindakan paksaan dan kekerasan.

v Kalau orang baik yang berkuasa, sedapat mungkin perbaiki semua yang buruk. Seandainya tidak dapat diperbaiki, disingkirkan agar tidak menularkan keburukannya.

Kekeluargaan

v Orang berumah tangga harus cinta mencintai. Keluarga yang baik selalu rukun bersatu dan mencita-citakan kebahagiaan.

v Orang hidup harus mencari nafkah. Nafkah ada kalau bekerja. Rajin bekerja dapat membuat kemuliaan keluarga.

v Selebar kening, sejengkal tanah, dibela sampai mati.

v Orang yang suka bertetangga itu tergolong orang yang arif. Tetangga perlu didekati, tetapi jangan dicintai.

v Carilah teman yang bertujuan sama.

v Barang siapa yang memikirkan anak cucunya tergolong orang yang arif. Sebaliknya orang yang jahat sama sekali tidak akan memikirkan anak cucunya.

filosofi Kho Ping Hoo

Hening dan Perenungan

Memang indah! Hanya satu kata itu saja yang tepat. Indah! Tidak ada apa-apa lagi!

Siapa gerangan mampu menggambarkan keindahan, keagungan, kebesaran yang demikian hebat? Yang dapat menggambarkan secara tepat hanyalah satu keadaan, yaitu HENING! Di dalam keheningan sajalah, di waktu hati dan pikiran tidak sibuk menilai dan membanding-banding dari sudut selera dan keuntungan diri pribadi, maka segala keindahan itu pun nampaklah jelas. Akan tetapi, sekali pikiran masuk dan menilai kemudian membandingkan keindahan itu dan berusaha mengabadikannya dalam ingatan, maka keindahan itu pun lenyaplah. Keindahan hanya menjadi gambaran yang menimbulkan kesenangan belaka. Dan akhirnya semuanya akan membosankan!

Dalam keadaan hening, terasa sekali keagungan Sang Maha Pencipta. Segala ciptaanNya yang terbentang luas di alam maya pada, terasa sekali kemujijatan yang terkandung di dalam segala sesuatu. Dari tumbuhnya setiap helai bulu dan rambut di tubuh kita sendiri seperti tumbuhnya pohon-pohon di hutan, dari setiap urat syaraf di tubuh kita sendiri seperti sumber-sumber air di bawah permukaan bumi, sampai kepada kehebatan segala yang nampak di angkasa, awan, bulan, matahari, bintang-bintang.

Dalam keheningan memandang semua itu, terasalah bahwa kita adalah bagian dari semua itu, tidak terpisah, sudah berada di dalam suatu ketertiban yang selaras dan ajaib. Namun sayang, kita terlalu sibuk dengan pikiran yang setiap saat mengejar-ngejar kesenangan yang sesungguhnya hampa itu. Kesenangan yang akhirnya hanya sebagai pemuasan nafsu belaka.

Kita tidak lagi menghargai semua keajaiban itu, kita hanya mampu menghargai bayangan-bayangan khayal, hanya tertarik akan nama-nama dan se­butan-sebutan belaka. Kita boleh cenderung untuk menggambarkan, menanamkan dan menyebut semua itu menjadi pengetahuan teoretis, menjadi bahan perdebatan dan percekcokan, mempertahankan pendapat masing-masing tentang yang maha besar itu! Betapa lucu namun menyedihkan. Kita lebih tertarik akan asapnya sehingga hanya mendapatkan abunya belaka tanpa menghiraukan apinya sehingga klta kehilangan cahaya dan apinya itu!

Makna kebebasan dan cinta kasih sejati

Memang selama manusia belum dapat bebas dalam arti yang sebenarnya, dia akan selalu merindukan sesuatu yang tidak atau belum ada! Tidaklah mengherankan apabila manusia yang tinggal di tepi laut merindukan keindahan alam pegunungan, sebaliknya mereka yang tinggal di lereng gunung merindukan keindahan pantai lautan!

Manusia yang belum bebas selalu menganggap keadaan orang lain lebih menyenangkan daripada keadaan diri sendiri, milik orang lain lebih menarik daripada miliknya sendiri, dan selanjutnya. Pendeknya, yang terbaik dan terindah itu selalu berada di SANA, sedangkan yang berada di SINI selalu membosankan, buruk dan tidak seindah yang di sana!

Hanya kalau orang sudah benar-benar bebas daripada permainan pikiran yang mengejar kesenangan, kalau sudah bebas dari bayangan­bayangan kesenangan masa lalu yang menjadi kenangan, bebas dari penilaian, bebas dari perbandingan, maka dia dapat membuka mata dan memandang dengan wajar, memandang dengan waspada dan dengan penuh perhatian, sepenuh perhatiannya, kepada apa adanya di saat ini! Dan kalau sudah dapat memandang se­perti itu, setiap saat terhadap apa yang ada, tanpa dikotori perbandingan dan pe­nilaian, maka batin tidak lagi digoda oleh bayangan-bayangan yang hanya mendatangkan pengejaran kesenangan dan akhirnya menuntun kita kepada kebosanan, kekecewaan dan kesengsaraan.

Hanya kalau mata kita terbuka dan mengamati apa adanya setiap saat, maka akan nampaklah segala yang ada pada apa adanya itu. Dan apabila dalam penglihatan hasil pengamatan ini masih ada ini baik dan menyenangkan”, “Itu buruk dan tidak menyenangkan”, maka pengamatan itu pun akan menjadi kotor dan ternoda karena yang berkata baik atau buruk, itu bukan lain adalah pikiran yang selalu menjangkau kesenangan!

Maka, dapatkah kita mengamati segala sesuatu yang terjadi, baik di luar maupun di dalam diri, mengamati segala macam benda di luar kita dan segala macam gerak-gerik tubuh kita, kata-kata kita, pikiran kita, tanpa penilaian, tanpa perbandingan dan hanya pengamatan saja yang ada, tanpa adanya si aku atau pikiran yang mengamati? Pengamatan seperti ini bebas dari baik buruk atau susah senang, pengamatan seperti ini melahirkan tindakan-tindakan wajar yang tidak dipengaruhi untung rugi. Pengamat­an seperti ini adalah bebas, dan hanya dalam kebebasan inilah cinta kasih dapat menembuskan sinarnya.

Kosong, Lembut dan Cukup

Hanya yang kosong dapat menerima tanpa meluap, hanya yang lembut mampu menerobos yang kasar. Yang merasa cukup adalah yang sesungguhnya kaya raya!

Huruf-huruf indah yang membentuk kata-kata itu ditulis oleh Kam Hong dan kalimat-kalimat itu adalah kalimat yang sering dipergunakan oleh gurunya, yaitu Sai-cu Kai-ong, keturunan dari para tokoh Khong-sim Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Hati Kosong).

Isinya memba­yangkan sifat dari perkumpulan pengemis itu dan mengandung pelajaran atau pesan bahwa untuk dapat belajar dan menerima pengertian-pengertian baru hati dan pikiran haruslah kosong. Mata dan telinga yang memandang atau mendengar secara kosong, yaitu tanpa adanya pendapat yang muncul dari pengetahuan-pengetahuan yang bertumpuk dalam pikiran, dapat melakukan penelitian dan penyelidik­an, dapat waspada dan mempelajari sam­pai sedalam-dalamnya segala persoalan yang dihadapinya.

Orang yang merasa dirinya penuh dengan pengetahuan dan kepintaran adalah seperti katak dalam tempurung, seperti gentong kosong yang hanya nyaring suaranya saja. Demikian pula, kekasaran dan ketakutan mudah bertemu lawan, mudah patah dan menimbulkan kekerasan, sebaliknya kelembutan mampu menerobos segala sesuatu.

Kalimat terakhir menggambarkan keadaan pengemis Khong-sim Kai-pang. Biarpun dinamakan pengemis, orang yang semiskin-miskinnya di antara semua tingkat kehidupan, namun karena tidak pernah mengeluh, tidak pernah membandingkan, tidak pernah merasa kurang maka tidak menimbulkan iri hati dan karena merasa cukup itulah maka dia tidak menginginkan apa-apa lagi dan orang beginilah yang patut disebut kaya raya.

Sebaliknya, betapa pun kaya-rayanya seseorang, kalau dia itu masih selalu merasa tidak cukup, maka dia akan berusaha memperbesar kekayaannya itu tanpa mempedulikan jalan kotor apa yang ditempuhnya!

Tentang Pikiran dan Nafsu

Demikianlah timbulnya nafsu berahi atau nafsu apapun juga yang menguasai hati dan pikiran, menguasai batin kita setiap saat dan yang kemudian menjadi pendorong dari setiap perbuatan kita dalam hidup ini. Pikiranlah sumbernya. Pikiran yang bekerja mengenangkan sega­la kesenangan yang pernah dialami. Pikiran yang merupakan gudang dari peng­laman dan ingatan.

Kalau mata kita tertarik dan suka melihat segala sesuatu yang indah setangkai bunga yang indah warnanya, awan berarak di langit, tamasya alam terbentang luas di depan kita, matahari senja yang mentakjubkan, wajah seorang wanita yang cantik manis, semua rasa suka memandang itu adalah wajar, karena mata kita sudah dibentuk sejak kecil untuk menilai apa yang dinamakan indah dan apa yang buruk itu.

Kalau yang ada hanya memandang saja, maka hal itu wajar dan tidak terjadi konflik. Akan tetapi sayang, setiap kali kita memandang, pikiran yang penuh dengan ingatan ini selalu campur tangan. Pikiran yang mendambakan kesenangan ini lalu membayangkan kembali segala kesenangan yang pernah dialami atau pernah didengarnya, lalu membayangkan hal-hal yang menimbulkan nafsu. Mata melihat wanita cantik jelita dan terjadi daya tarik, timbul semacam dorongan untuk memandang keindahan yang terdapat pada wajah itu. Kalau yang ada hanya memandang saja, maka setelah wanita itu lewat dan lenyap, habislah saja sampai di situ. Akan tetapi, kalau pikiran memasukinya, lalu membayangkan betapa akan senangnya kalau dapat bercinta dengannya dan sebagainya, maka timbullah nafsu berahi!

Pikiran adalah sumber segala konflik. Pikiran menjadi tempat bertumpuknya kenangan akan hal-hal yang telah lalu, yang pernah kita alami dan selalu pikiran mengejar kesenangan atau lebih tepat lagi, mengejar pengulangan kesenangan yang lalu dengan menciptakan kesenangan yang ingin dialami di masa mendatang, dan selalu karenanya menolak dan menghindarkan ketidaksenangan.

Karena keinginan mengejar kesenangan inilah maka timbul perbuatan-perbuatan yang menyeleweng dari pada kebenaran, perbuatan-perbuatan jahat yang merugikan orang lain dan diri sendiri.

Setelah melihat semua ini, dapatkah kita membebaskan diri dari pencampurtanganan pikiran? Dapatkah kita memandang atau mendengar saja penuh perhatian, tanpa adanya pikiran yang membandingkan, mempertimbangkan lalu memutuskan baik buruknya, senang susahnya? Dapatkah pikiran berhenti mengoceh dan menghidupkan kembali hal-hal yang telah lalu?

Tentu saja bukan berarti bahwa kita hidup tanpa pikiran! Hal itu sama sekali tidaklah mungkin! Pikiran adalah alat yang amat dibutuhkan untuk hidup, atau untuk melengkapi hidup ini. Tanpa pikiran, tanpa ingatan tentu saja kita tidak akan dapat pulang ke rumah, takkan dapat melakukan pekerjaan, takkan dapat menghitung, membaca dan sebagainya lagi. Pikiran amatlah penting bagi kita, yaitu dalam soal-soal teknis saja. Dalam soal-soal keperluan lahiriah saja. Akan tetapi begitu pikiran penuh ingatan memasuki batin, mengusik hubungan antara kita dengan manusia lain, akan terjadilah konflik. Dalam komunikasi antara kita dengan manusia lain, dengan benda, dengan batin, tidak dibutuhkan pikiran yang menilai berdasarkan ingatan masa lalu.

kosong adalah isi dan isi adalah kosong

"Kosong adalah isi dan isi adalah kosong".
Kehidupan ini hanyalah ilusi dan ilusi ini hanya bisa disadari melalui kehidupan ini.
Didalam kekosongan yang terlihat tanpa makna sesungguhnya ada makna dshsyat
yaitu tanpa kekosongan tidak akan ada semuanya, sesungguhnya jika orang sudah memaknai arti kekosongan maka orang itu bisa memahami TUHAN..

ilustrasi gampangnya, coba kita renungkan adakah sesuatu didunia ini yang tidak memiliki kekosongan???
dijamin setiap segala sesuatu didunia ini pasti ada rongga sekecil apapun itu yang berisi kokosongan, sehingga dunia ini berjalan seperti adanya..
apakah makna hakiki dari kekosongan itu sesungguhnya??

TINGGAL RENUNGKAN AJA...

filosofi alam

apapun yang kita lakukan, bagaimana perjalanan hidup kita, kita harus kembali
pada filosofi alam.
kita memang harus kembali ke alam.
alam yang tenang, yang bijaksana, yang tidak grasa-grusu, yang tidak cepat naik
pitam. alam menjadi penyeimbang perjalanan apa-apa yang ada dibumi, menyelaraskan
keruwetan yang mungkin bisa jadi penyebab migrain paling yahud.

alam juga normal, artinya dia bisa marah, bisa ngamuk, bisa jadi semacam monster
yang gak kira-kira kalau menyapu apa-apa yang ada dihadapannya.

alam dengan segala sesuatunya memberikan semacam ide, bahwa hidup ini memang
tidak boleh grasa-grusu, yang kalem kalau jalan, yang santai kalau bicara,
yang tenang sajalah, karena hidup memang tidak memberikan apa-apa, selain
perjalanan sebagai proses.

sebagai orang kota a.k.a orang yang hidup di perkotaan, rasanya pegunungan
menjadi semacam oase, semcam peneduh, semacam rumah.

aroma daun dan segala yang menyertainya masih bisa saya hirup di atas motor,
meski kini hutan yang sebenarnya adalah jalanan brutal tempat kendaraan
bermotor saling berlomba entah menuju mana.

pohon saya kini menjadi tiang-tiang listrik dan lampu jalan raya, kicau burung
adalah klakson mobil yang tanpa babibu mengusik desibel telinga.

tapi, jauh dari itu semua, alam memberi ide baru, membari penyegar, memberi nuansa
yang bagai sebuah senja paling indah di akhir hari yang buruk.

Seperti sifat air, mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah dan sejuk/dingin. Hal ini bermakna bahwa seorang pemimpin harus bisa menyatu dengan rakyat sehingga bisa mengetahui kebutuhan riil rakyatnya. Rakyat akan merasa sejuk, nyaman, aman, dan tentram bersama pemimpinnya. Kehadirannya selalu diharapkan oleh rakyatnya.

Pemimpin dan rakyat adalah mitra kerja dalam membangun persada tercinta ini. Tanpa rakyat, tidak ada yang jadi pemimpin, tanpa rakyat yang mencintainya, tidak ada pemimpin yang mampu melakukan tugas yang diembannya sendirian.

Seperti halnya sifat angin, dia ada di mana saja/tak mengenal tempat dan adil kepada siapa pun. Hal ini bermakna, seorang pemimpin harus berada di semua strata/lapisan masyarakatnya dan bersikap adil, tak pernah diskriminatif (membeda-bedakan).

Seperti sifat bulan, yang terang dan sejuk. Hal ini bermakna, seorang pemimpin mampu menawan hati rakyatnya dengan sikap keseharian yang tegas/jelas dan keputusannya yang tidak menimbulkan potensi konflik. Kehadiran pemimpin bagi rakyat menyejukkan, karena aura sang pemimpin memancarkan kebahagiaan dan harapan.

Seperti sifat matahari yang memberi sinar kehidupan yang dibutuhkan oleh seluruh jagat. Hal ini bermakna, energi positif seorang pemimpin dapat memberi petunjuk/jalan/arah dan solusi atas masalah yang dihadapi rakyatnya.

Seperti sifat lautan, luas tak bertepi, setiap hari menampung apa saja (air dan sampah) dari segala penjuru, dan membersihkan segala kotoran yang dibuang ke pinggir pantai. Bagi yang memandang laut, yang terlihat hanya kebeningan air dan timbulkan ketenangan. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya.

Seperti sifat gunung, yang teguh dan kokoh, seorang pemimpin harus memiliki keteguhan-kekuatan fisik dan psikis serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya. Tetapi juga penuh hikmah tatkala harus memberikan sanksi. Dampak yang ditimbulkan dengan cetusan kemarahan seorang pemimpin diharapkan membawa kebaikan seperti halnya efek letusan gunung berapi yang dapat menyuburkan tanah.

Seperti sifat api, energi positif seorang pemimpin diharapkan mampu menghangatkan hati dan membakar semangat rakyatnya mengarah kepada kebaikan, memerangi kejahatan, dan memberikan perlindungan kepada rakyatnya.

menjadi seperti alam, itu yang sekarang coba saya jalani.
berhasil atau tidak, itu tidak penting, seperti juga makna hidup, begitu juga
tentang pilihan, menjalani pilihan itu adalah yang terpenting...

Filosofi Semut


Pakar karir, Jim Rohn dalam pandangannya punya
argumen tentang filosofi semut itu sendiri. Semut mempunyai filosofi² yang luar biasa, Memang filosofi itu sangat sederhana, namun jika Anda dapat menerapkannya hmmm...sangat hebat.
- Semut Saling Peduli
Kebiasaan semut yang saling bersentuhan (mungkin dalam bangsa manusia, menegur atau bersalaman) jika bertemu, menandakan bahwa bangsa semut memiliki kepedulian dan keakraban yang tinggi. Mereka merasa bahwa tidak ada yang berbeda di antara mereka. Dalam dunia kerja, sentuhan yang berarti ‘care’ memberi arti tersendiri bagi karyawan. Bayangkan, apa jadinya jika di lingkungan kerja Anda, sudah tidak saling peduli? Sangat menyiksa bukan..? So, sikap ini dapat ditumbuhkan untuk menjaga kekompakan dan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif.

- Semut tidak pernah menyerah.
Bila Anda menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah mereka, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar. Suatu filosofi yang bagus, bukan? Jangan sekali-kali menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuan Anda.

- Semut Selalu Bekerjasama
Coba Anda perhatikan cara kerja semut, mulai dari mengangkat sebutir nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir nasi yang cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka. Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi kebutuhan makan mereka. Kemudian mereka akan menyantapnya pula bersama-sama. Kerjasama dan kekompakan para semut bisa Anda jadikan teladan. Misalnya, saat rekan kerja Anda kesulitan, apa salahnya Anda membantu. Toh hasilnya bukan untuk kepentingan pribadi namun demi kepentingan kelompok atau bersama.

- Semut Menganggap Semua Musim Panas Sebagai Musim Dingin
Ini adalah cara pandang yang penting. Anda tidak boleh menjadi begitu naif dengan menganggap musim panas akan berlangsung sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Karena sangat penting bagi kita untuk bersikap realitis. Di musim panas Anda harus memikirkan tentang halilintar. Anda seharusnya memikirkan badai sewaktu Anda menikmati pasir dan sinar matahari. Berpikirlah ke depan, seperti halnya ’sedia payung sebelum hujan’.

- Semut Menganggap Semua Musim Dingin Sebagai Musim Panas
Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, “Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini.” Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.Dengan bahasa lain, filosofi semut dapat Anda teladani dalam dunia kerja dengan menjaga kerjasama, kekompokkan, saling peduli, kerja keras, pantang menyerah, dan optimis memandang masa depan. Bagaimana? Tentu saja karena Anda lebih hebat dari bangsa semut, Anda bisa mencapai sukses yang luar biasa, jika Anda berusaha!

Yin dan Yang


Yin adalah "sisi teduh sebuah bukit". Yin mewakili keteduhan dan kepasifan,
bersatu dengan kesuburan, kelembutan dan kehalusan. Yin merupakan simbol
perempuan, air dan tanah, serta bergerak turun dan masuk ke dalam. Yang
adalah "sisi terang sebuah bukit", mewakili cahaya dan keadaan dinamis. Yang
bersekutu dengan ketahanan, kaku dan perluasan, bergerak alami ke atas dan
keluar. Yang melambangkan laki-laki, api dan langit.

Yin dan Yang saling tergantung dan saling melengkapi, simbiose mutualistis,
selalu berhubungan dan terus-menerus saling memberi kekuatan.

Yin bersifat lebih kuat dan lebih berlimpah, tapi Yang lebih tegas dan
aktif. Lebih banyak air di bumi daripada api, sebagai contoh, tapi api yang
bercahaya lebih menarik perhatian. Namun begitu, tetap, Yin dan Yang selalu
saling melengkapi dan saling memberi arti bagi yang lain. Menurut Tao Teh
Ching, suatu kekuatan, objek atau gagasan tak akan lengkap dan tak akan
berarti tanpa ditunjang keadaan yang sebaliknya.

Kesulitan dan kemudahan saling melengkapi
Panjang dan pendek saling membanding
Tinggi dan rendah saling membedakan

Kebaikan tak punya arti tanpa kejahatan, kecantikan tak akan dipandang tanpa
kehadiran si buruk sebagai pembanding. Dalam pikiran tradisional Barat,
lawan dimasukkan ke dalam dua wilayah khusus kualitas, dengan penghargaan
diikutkan pada kebaikan, kecantikan dan kebenaran. Jahat, buruk dan salah
merupakan aspek kehidupan yang sengaja (dan sia-sia) ditekan atau dihindari
seperti momok.

Jalan Taois mengakui dan menyeimbangkan kekuatan berlawanan dari semua
situasi dan fenomena, dan tidak mengakibatkan kekalahan tersembunyi sesuatu
kekuatan alam, positif ataupun negatif.

Pasangan saling melengkapi Yin dan Yang meliputi seluruh jagat raya, dan
unsur lawannya memberikan tekanan dinamis yang dibutuhkan untuk semua
gerakan dan perubahan.

Di dalam pengobatan Cina, misalnya, kesepuluh organ vital terbagi dalam lima
pasangan, yang masing-masing setia pada satu organ Yin 'kokoh' dan satu
organ Yang yang lemah. Organ Yin lebih penting daripada Yang, sehingga
gangguan fungsi organ Yin akan menyebabkan gangguan kesehatan yang dahsyat.
Pasangan organ tak bisa berubah-ubah. Mereka berhubungan oleh fungsi konkret
dan sambungan anatomi.

Jantung. Disebut sebagai "Ketua Organ Vital", jantung mengatur organ lain
dengan mengontrol sirkulasi darah. Pusat spirit, penentu suasana hati dan
kejernihan mental. Kondisi energi jantung bisa tercermin melalui warna muka
dan lidah: merah gelap menunjukkan kelebihan, pucat abu-abu menunjukkan
kekurangan. Jantung berpasangan dengan usus kecil, yang memisahkan sari
makanan dan sisa makanan yang dicerna, mengontrol rasio cairan pengeras
kotoran dan menyerap nutrisi yang kemudian dikirim ke jantung untuk
diedarkan ke seluruh tubuh.

Hati. Hati menyimpan dan memperkaya darah, mengatur sejumlah pengeluaran ke
dalam aliran darah untuk peredaran secara menyeluruh. "Ketika orang
bergerak, darah beredar; ketika orang diam, darah kembali ke hati," ungkap
Pengobatan Tradisional Kaisar Kuning. Ungkapan ini sesuai benar dengan bukti
kesehatan yang ditunjukkan selama periode istirahat, khususnya pada musim
dingin, yaitu 30-50 persen dari suplai darah di tubuh berkumpul di hati dan
pankreas. Selama tidur, darah membangun kekuatan dan ketahanan diri di dalam
hati untuk digunakan ketika tubuh sedang beraktivitas. Hati adalah rumah
bagi nyawa manusia (hun), seperti tercermin dalam ungkapan orang Cina
hsin-gan (jantung hati), yang artinya kekasih.

Hati adalah markas besar metabolisme tubuh. Kondisi hati tampak pada mata,
kuku jari tangan dan kaki serta otot. Pasangan Yang hati adalah kantung
empedu, yang fungsinya sangat dekat dengan hati. Kedekatan fungsi hati dan
empedu ini sungguh diakui pula oleh ilmu pengetahuan kesehatan modern.

Pankreas. Pankreas mengontrol produksi enzim yang diperlukan untuk
pencernaan dan metabolisme. Fungsi ini berhubungan langsung dengan pasangan
Yang-nya, lambung. Bila pankreas gagal memproduksi enzim secara memadai,
akibatnya proses pencernaan di lambung mengalami stagnasi sehingga makanan
akan membusuk dan mengendap. Pankreas juga mengontrol perlengkapan manusia
untuk berpikir rasional. Gangguan fungsi pankreas terefleksi melalui kulit
yang kering, mengkerutnya daging dan tulang, otot yang kurang kuat,
kelelahan kronis, pencernaan mampet dan tak bisa berkonsentrasi.

Paru-paru. "Paru-paru mengontrol chi" tulis naskah kesehatan Cina. Chi
berarti 'napas', yang sama artinya dengan 'energi'. Bila napas terganggu,
energi pun terganggu. Paru-paru Yin bersekutu dengan usus besar Yang.
Kondisi paru-paru tergambar pada kulit. Kenyataannya dalam pengetahuan
kesehatan modern, kulit merupakan organ pernapasan, serta paru-paru dan usus
besar merupakan perluasan dari kulit, yang satu menekan dari atas dan yang
lain mendorong dari bawah. Radang paru-paru serta berbagai gangguan
berbahaya lain pada umumnya bersamaan dengan sembelit, dan sembelit selalu
menyebabkan kembung dan rasa tidak nyaman di dada.

Ginjal. Ginjal mengontrol air. Kelebihan air dan cairan kotor yang dikirim
ke ginjal akan dikonversikan ke dalam bentuk urine, diturunkan ke kandung
kemih dan keluar sebagai air kencing. Jadi, kandung kemih pasangan Yang
secara fungsional berhubungan dengan ginjal. Ginjal disebut sebagai "gerbang
kehidupan" karena mengontrol keseimbangan semua cairan vital di dalam tubuh,
yang bila berubah akan langsung mempengaruhi tingkat dan keseimbangan
energi. Ginjal adalah penyeimbang utama Yin dan Yang dalam sistem tubuh
manusia. Ginjal merupakan tempat perlengkapan pengontrol dan tenaga dari
sumsum, pinggang, dan wilayah kemaluan. Gangguan pada fungsinya sering kali
ditunjukkan dengan rasa sakit di bagian belakang bawah dan tak bisa
menegakkan panggung atau tulang belakang. Ginjal juga berhubungan erat
dengan lapisan adrenal atau kelenjar suprarenal. Ginjal dan kelenjar
sekutunya mengontrol fungsi dan potensi seksual.

Yin dan Yang menjelma dalam gambaran yang kontras, dalam skala besar dan
kecil. Di dalam tubuh manusia, Yin mengontrol bagian dalam, daerah bawah dan
bagian depan. Sementara Yang memerintah permukaan bagian luar, daerah atas
dan bagian belakang. Yin mengontrol darah, Yang memerintah energi. Instink
termasuk Yin, keterampilan atau keahlian mengikuti Yang. Yin menurun, Yang
mendaki. Makan memelihara kegiatan Yin sementara minum alkohol mengosongkan
aktivitas Yang. Ketka bernapas, menghirup adalah Yin, sedangkan
menghembuskan adalah Yang.

Daftar ini tak berhingga, tapi selalu memiliki pengertian yang sama: Yin tak
berfungsi tanpa Yang, sebaliknya Yang tak berfungsi tanpa Yin. Dan, semua
fenomena tak normal, dari penyakit sampai hujan badai petir, disebabkan oleh
ketidakseimbangan yang kritis antara dua kekuatan purba ini.

Gejala 'kelebihan Yang' ditunjukkan melalui, antara lain, naiknya suhu
badan, kekeringan, hiperaktif, sembelit dan jantung berdebar. Kelebihan Yin
menyebabkan antara lain kedinginan, kelembapan sendi tulang, lesu dan
tekanan darah rendah.

Pada titik seperti ini, tabib Cina mengambil tindakan ekstra untuk
menyeimbangkan dan menyelaraskan simpanan berbagai jenis energi di dalam
tubuh. Tabib akan menggunakan tumbuh-tumbuhan yang manjur, akupuntur,
menekan kelebihan, mendinginkan energi panas, memanaskan energi dingin,
mengeringkan kelembaban, melembabkan yang kering, mengeluarkan energi jahat
dan mengolah energi yang merawat.

Prinsip Yin dan Yang berlaku pada semua bentuk di alam, dari bintang-bintang
dan planet sampai fungsi setiap sel di dalam tubuh. Aturan diet Taois
mengambil dasar pada keseimbangan Yin Yang dari makanan 'panas' dan makanan
'dingin'. Tabib menulis resep berdasarkan teori Yin Yang, mencampur formula
yang 'memanaskan' untuk kondisi 'dingin', memberi formula 'mendinginkan'
untuk kondisi gangguan 'panas', begitu seterusnya.

Dalam yoga seks Taois, unsur Yin yang kuat dan berlimpah dari perempuan akan
mampu merawat dan menyelaraskan energi Yang laki-laki yang terbatas dan
rentan.

filsafat hidup orang jawa

Orang jawa jaman dulu mempunyai pandangan bahwa jika seseorang ingin sempurna dalam hidupnya maka dia harus memenuhi/mempunyai 5 hal yaitu:

1.PEKSI (burung)
orang jawa jaman dahulu pasti memelihara burung (burung dalam arti sesungguhnya loh..),biasanya adalah burung perkutut.orang memelihara burung perkutut karena suara burung perkutut mempunyai suara yang merdu.jadi diharapkan kita sebagai manusia juga mempunyai suara yang bagus,dalam artian dalam berbicara harus tau tata krama dan adat,berbicara tidak dengan suara sombong.Jadi bukan yang seperti dilakukan kebanyakan orang saat ini,mereka menganggap dengan memelihara burung perkutut maka kehidupan mereka sempurna.

2.WANITA
wanita disini bukan berarti untuk sempurna hidupnya seseorang harus memiliki istri yang cantik atau harus mempunyai banyak istri.akan tetapi yang dimaksut disini wanita dalam arti kias.wanita identik dengan cinta kasih dan kelembutan.jadi dalam hidupnya manusia hendaknya harus memiliki rasa cinta kasih dan kelembutan,tidak disertai dengan nafsu amarah dan angkara murka.

3.CURIGA (keris)
orang jaman dulu pasti memiliki keris yang digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri.tapi bukan berarti untuk sempurna sesorang harus mempunyai senjata.akan tetapi yang dimaksut disini adalah orang juga harus mempunyai rasa curiga atau waspada sama orang lain,ngga asal menurut supaya terselamatkan dari tipu musliat orang lain.

4.TURANGGA (kuda)
kuda merupakan sarana transportasi jaman dahulu.tapi bukan berarti untuk menjadi sempurna seseorang harus mempunyai kendaraan yang mewah dan banyak.tetapi kuda meruakan perlambang pengendalian (karena jika orang menaiki kuda maka dia akan memegang tali pengendali).jadi jika ingin sempurna sesorang harus bisa mengendalikan diri dari semua nafsu yang menguasai diri manusia.

5.WISMA (rumah)
yang dimaksut rumah bukan rumah yang mewah ataupun jumlah rumah yang banyak.akan tetapi rumah disini dimaksutkan untuk mengingatkan bahwa manusia juga akan kembali kerumah atau asal manusia,yaitu kepada Sang Pencipta (Tuhan).karena menurut orang jawa :wong urip iku mung mampir ngombe (hidup manusia itu cuman mampir minum ) yang berarti orang hidup itu cuman sebentar seperti orang yang bertamu/mampir untuk minum menghilangkan rasa haus.

"Dadio banyu, ojo dadi watu" (Jadilah air, jangan jadi batu)

Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu.

Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutuhan orang banyak. Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLAH pasti membutuhkan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.

Berbeda dengan watu (batu). Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutuhkan manusia untuk membangun rumah maupun apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu?

Orang yang berpikir awam akan menyatakan bahwa batu lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan lebih kuat air. Mengapa lebih kuat air daripada batu? Jawabannya sederhana saja, Anda tidak bisa menusuk air dengan belati. Tetapi anda bisa memecah batu dengan palu.

Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air. Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau Anda meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka masalah tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan baru