Rabu, 25 Februari 2009

FENOMENA HANTU


Kalau kita amati di masyarakat, minimal ada dua jenis hantu yakni , Hantu Tradisional dan Hantu Modern, sedangkan pemahaman dan latar pendidikan seseorang terhadap diri dan lingkunganna sangat mempengaruhi nilai bentuk hantu yang dihadapinya. HANTU TRADISIONAL : Bagi orang awam, ketika kata ‘hantu’ disebut, maka terbayang hal-hal yang menakutkan, menyeramkan dan membuat bulu kuduk merinding, itulah gambaran masyarakat kita selama ini, kondisi ini mempunyai nilai ketergantungan kuat terhadap perilakunya, misalkan didalam rumah-rumah, mereka kalau membangun rumah diberi kain putih, waktu mendirikan kuda-kuda (rangka atap) diberi pohon tebu dengan maksud mengusir mahluk halus. Penggambaran hantu yang sudah mengakar, merupakan bagian yang terpisahkan dari kebudayaan masyarakat kita, semakin menguat saja ketika media informasi audio visual turut berperan, dan entah darimana asalnya cerita-cerita tentang hantu banyak tersebar hampir keseluruh dunia dengan versi yang berbeda-beda. Seiring berjalannya waktu ada yang ‘unik’ jumlah hantu tahun 1989 di Jawa bertambah satu jenis hantu Lempor, tahun 2004 muncul lagi jenis hantu baru yaitu kolor ijo, tahun 2005 di Demak (Jateng) muncul jenis baru lagi yaitu Hantu Cekik, kenyataan ini seperti memperkuat asumsi, bahwa lahirnya penggambaran hantu terkait erat dengan budaya suatu masyarakat, Adapun Jenis-jenis hantu tradisional diantaranya adalah : Genderuwo, Buto Ijo, Wewe Gombhel, Nyai Roro Kidul, Kemangmang, Sundel Bolong (kuntilanak), Pocongan, Ndas Glondong, Wedhon, Memedi Usus,Kebleg, Jostro, Vampire, Leak, Ririwa, Drakula, Lampor, Hantu Bau, Hantu Asap, Hantu Bunyi, Kalap, Danyang, Kajiman, Bekasa’an, Ongkleng-ongkleng, Welwok, Jrangkong, Lelepah, Tahyul, Bulus Putih, Kutuk Lamur, Truma Lele, Tengis, Babi Ngepet, Jaran Panoleh, Klabang Sayuta, Srenggara Ngrayap, Burung Tuhu dan Kholik, Burung Gagak, Burung Dares, Angkup, gemak Melung, Codhot Ngising, Balung Kokang, Dll. HANTU MODERN : Bagi orang modern presepsi hantu sangat berbeda dengan cara pandang orang awam, mengingat ketakutan orang modern cenderung berasal dari diri dan lingkungannya sendiri dan bukan dari unsure diluar dirinya. Hantu berbasis Otak : beratnya kurang dari 1,5 Kg, terdiri dari 87 % air, 10 % lemak, 8 % protein, artinya kurang dari 2,5 % berat tubuh kita, tetapi hamper menghabiskan 20 % energi tubuh, terdiri dari 100 milliar neuron, 1 trilyun sel glial, 1000 triliun titik sambungan sinaptik dan 280 kuintriliun memori, dialah. Meskipun Otak itu hebat, tetapi sebenarnya sangat lugu (pasif) hal ini dikarenakan kemampuan yang hebat itu masih tergantung pada penggunaannya (hatinya), lintasan (gerakan) manusia merupakan power yang dapat menimbulkan kepasifan system limbic otak bergerak menjadi aktif. Hantu berbasis Psykologi : yaitu jika tanpa rasa takut, tidak ada hantu, namun kehidupan tanpa rasa takuh adalah “Hil yang mustahal” ( hal yang mustahil), karena takut nbagi manusia adalah keniscayaan. Hantu berbasis Budaya : yaitu adanya unsur kepercayaan didalamnya pada masyarakat tempo dulu dengan budaya “mitos” ,maka dengan sendirinya mitos inilah yang akan mempengaruhi kehidupannya. Hantu berbasis alam : Alam yang belum terjangkau keberadaannya, memberi mysteri sendiri bagi manusia, misalnya segitiga Bermuda, banyak yang percaya adanya mahluk ghaib, hingga saat ini mystery ini belum terkuak secara tuntas, dan tempat-tempat angker lainnya, gedung, rumah tua kosong dianggap sarangnya mahluk halus, hal ini karena masyarakat mempercayai bahwa tempat-tempat tersebut memang kesukaan mahluk halus sebagai tempat tinggalnya. Indikasinya biasanya ditandai penghuninya, sering ketakutam, sakit-sakitan, tidur tak nyenyak, sering mimpi buruk, bahkan dipercayai jika memelihara binatang selalu mati ( tidak jodoh), padahal jika ditelusuri penyebabnya bukan karena mahluk halus ( rumah berhantu), tetapi kemungkinan besar akibat “Medan Geopati” ( semburan arus medan yang berasal dari dalam bumi) yang oleh masyarakat dianggapnya sebagai hantu disekitar rumah. Kesimpulannya kurang lebih sebagai berikut : Hantu Tradisional, bagi orang awam sangat melemahkan posisi kemanusiaannya, karena manusia tercipta hebat ( Q.S : 95 – 4 ), (Q.S : 2 – 30) dan (Q.S : 2 – 34), justru mampu di intervensi sesuatu yang lain dari dirinya. Hantu Modern, justru kebalikannya dari hantu tradisional, sebab akan meningkatkan nilai kemanusiannya, dengan syarat dapat mengoptimalkan secara professional, lho hantu kok, dapat dimanfaatkan,? Maka ada Firman Allah yang berbunyi “ Maa Khalaqta Haadza Batila” artinya, apapun yang diciptakan tidak ada yang sia-sia………………………………………



OLEH : dimasyayan@yahoo.com

1 komentar:

  1. saya minta artikelnya yaaaa
    untuk jadi bahan makalah sosiologi, makasi sebelumnya
    tlg blog saya jg dkunjungi, tdk kalah menarik kok, jng lpa tnggl pesan dbku tamu
    miftahularzak.blogspot.com

    BalasHapus