Rabu, 07 Juli 2010

kilas Filosofi Wayang

Orang jawa mempunyai jenis kesenian tradisional yang bisa hidup dan berkembang hingga kini dan mampu menyentuh hati sanubari dan menggetarkan jiwa, yaitu seni pewayangan. Selain sebagai alat komunikasi yang ampuh serta sarana memahami kehidupan, wayang bagi orang jawa merupakan sibolisme pandangan-pandangan hidup orang jawa mengenai hal-hal kehidupan.

Dalam wayang seolah-olah orang jawa tidak hanya berhadapan dengan teori-teori umum tentang manusia, melainkan model² hidup dan kelakuan manusia digambarkan secara konkrit. Pada hakekatnya seni pewayangan mengandung konsepsi yang dapat dipakai sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok sosial tetentu.

Konsepsi-konsepsi tersebut tersusun menjadi nilai nilai budaya yang tersirat dan tergambar dalam alur cerita-ceritanya, baik dalam sikap pandangan terhadap hakekat hidup, asal dan tujuan hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan lingkungannya serta hubungan manusia jawa dengan manusia lain.

Pertunjukkan wayang terutama wayang kulit sering dikaitkan dengan upacara adat: perkawinan, selamatan kelahiran bayi, pindahan rumah, sunatan, dll, dan biasanya disajikan dalam cerita-cerita yang memaknai hajatan dimaksud, misalnya dalam hajatan perkawinan cerita yang diambil “Parto Krama” (perkawinan Arjuna), hajatan kelahiran ditampilkan cerita Abimanyu lahir, pembersihan desa mengambil cerita “Murwa Kala/Ruwatan”

Seni pewayangan dapat digelar dalam bentuk Wayang Kulit Purwa, dilatar-belakangi layar/kelir dengan pokok cerita yang sumbernya dari Mahabharata dan Ramayana, berasal dari India. Namun ada juga pagelaran wayang kulit purwa dengan lakon cerita yang di petik dari ajaran Budha, seperti cerita yang berkaitan dengan upacara ruwatan (pensucian diri manusia). Pagelaran wayang kulit purwa biasanya memakan waktu semalam suntuk.

Semasa Sri Susuhunan X di Solo didirikan tempat pementasan Wayang Orang, yaitu di Sriwedari yang merupakan bentuk pewayangan panggung dengan pemainnya terdiri dari orang-orang yang memerankan tokoh-tokoh wayang. Baik cerita maupun dialognya dilakukan oleh masing-masing pemain itu sendiri. Pagelaran ini diselenggarakan rutin setiap malam. Bentuk variasi wayang lainnya yaitu wayang Golek yang wayangnya terdiri dari boneka kayu.

Seniman cina yang berada di Solo juga kadang menggelar wayang golek cina yang disebut Wayang Potehi. Dengan cerita dari negeri Cina serta iringan musiknya khas cina.

Ada juga Wayang Beber yang dalam bentuknya merupakan lembaran kain yang dilukis dan diceritakan oleh sang Dalang, yang ceritanya berkisar mengenai Keraton Kediri, Ngurawan, Singasari (lakon Panji).
Wayang Klitik adalah jenis pewayangan yang media tokohnya terbuat dari kayu, ceritanya diambil dari babat Majapahit akhir (cerita Dhamarwulan)

Dunia perwayangan di Indonesia memprihatinkan. Tak banyak lagi orang menanggap dalang lantaran tidak meminati wayang. Sebagian besar penggemar wayang pun hanya menganggap wayang sekadar tontonan, hiburan.

Itulah yang menjadi keprihatinan dalang asal Karanganyar, Jawa Tengah, Ki Manteb Soedharsono (61). Keprihatinan itu terlontar dalam Sarasehan Pedalangan yang diselenggarakan Persatuan Pedalangan Indonesia di Blora, Jateng, Rabu (4/2).

Katanya, pergelaran wayang mengandung dua unsur, tontonan atau pertunjukan dan piwulang atau ajaran moral. Namun, kini penonton wayang lebih mementingkan unsur tontonan ketimbang ajaran moral.

”Saat adegan pendhita wejangan lan bantah ngelmu (resi memberi nasihat dan berdebat), penonton malah ribut dan omong sendiri. Padahal, adegan itu mengandung banyak nilai moral,” katanya.

Dulu, banyak orang mengenal makna dhodhogan atau ketukan cempala dalang dalam pergelaran wayang, tetapi kini dhodhogan sekadar bunyi tanpa arti.

Menurut Ki Manteb, dhodhogan bertujuan mengetuk, menggugah, menggetarkan hati dan jantung penonton agar memerhatikan dua unsur pergelaran wayang. Artinya, dhodhogan menyimbolkan gerak hati dan jantung yang menandakan manusia itu masih hidup.

”Itulah filsafating agesang (filsafat kehidupan) wayang,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar